Puisi pertama ditulis saat melihat daun-daun kering berguguran.
Birama 1/1
Satu per satu hitungan jam
Aku menggeliat dari tidurku
Dari dekapan ibu aku berontak
Menuju fase kehidupan baruku
Satu per satu hitungan tahun
Tubuhku kaku
Tangan kekar, kaki tegar, wajah sangar
Aku masih mencari hidup
Satu per satu
Rambutku berjatuhan
Tubuh renta, kaki lunglai
Tangan tak lagi kekar, kering dan rapuh
Apakah ini hidup?
Puisi kedua terinspirasi setelah membaca sebuah artikel dari blog teman.Satu per satu hitungan jam
Aku menggeliat dari tidurku
Dari dekapan ibu aku berontak
Menuju fase kehidupan baruku
Satu per satu hitungan tahun
Tubuhku kaku
Tangan kekar, kaki tegar, wajah sangar
Aku masih mencari hidup
Satu per satu
Rambutku berjatuhan
Tubuh renta, kaki lunglai
Tangan tak lagi kekar, kering dan rapuh
Apakah ini hidup?
Asa
Tubuh bugar
Wajah sumringah
Air mata bahagia
Pergi dari rumah membawa asa
Tubuh, tulang berbalut kulit
Wajah, pucat dan sendu
Tak ada air mata
Kembali ke rumah tinggal nama
Tubuh bugar
Wajah sumringah
Air mata bahagia
Pergi dari rumah membawa asa
Tubuh, tulang berbalut kulit
Wajah, pucat dan sendu
Tak ada air mata
Kembali ke rumah tinggal nama
No comments:
Post a Comment