
Mumpung lagi hangat-hangatnya film Perahu Kertas Part 2 yang baru saja ditayangkan di bioskop. Kali ini saya akan mencuplik sedikit isi cerita dalam novel Perahu Kertas dari sudut pandang orang-yang-hanya-membaca-novel, bukan filmnya. Saya juga tidak akan membandingkan isi cerita di novel dengan filmnya. (Gambar di atas terlalu kecil nggak sih?)
Para pencinta tulisan dan buku-buku Dewi Lestari pasti merasa agak terkejut saat dia menerbitkan buku ini. Dibandingkan dengan novel-novel sebelumnya, novel ini mengangkat tema dan gaya penulisan yang jauh berbeda. Baca saja Supernova Series (Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh; Akar; Petir) yang bertemakan alam, universe, dan memakai bahasa-bahasa yang menurut saya sulit dipahami orang awam. Pengalaman pribadi, mulut berbusa setelah membaca beberapa halaman awal Supernova Seri 1 *kidding*
Perahu
Kertas adalah salah satu novel karya Dewi Lestari, atau yang lebih dikenal
dengan Dee. Saya mulai jatuh cinta pada tulisan Dee setelah membeli Madre,
salah satu kumcer karyanya. Bukan melebih-lebihkan, tapi tulisan Dee berbeda
dari penulis-penulis lain yang saya baca. Ringan, dengan tema yang berbeda, dan
tidak bertele-tele. Awalnya saya agak takut baca tulisannya, setelah membaca
Rectoverso. Ditambah dengan yang pernah saya dengar, kalau Supernova bahasanya
tinggi. Tapi ternyata setelah saya membaca Filosofi Kopi dan Madre, tidak
terlalu susah untuk mengerti pesan yang disampaikan. Dan akhirnya saya menjadi
salah satu penggemar tulisan Dee.
Perahu
Kertas memang sudah lama rilis (sekitar tahun 2009). Dan dulu saya pernah
membacanya, pinjam dari teman. Tapi karena mau dibuat filmnya,
saya nostalgia dengan membeli novelnya dan membacanya ulang. Bukan hanya cerita
cinta, novel ini berisi salah satu kalimat yang paling saya ingat “Berputar
menjadi yang bukan diri kita untuk selanjutnya menjadi diri kita sendiri”. Yah,
mungkin sama seperti keadaan saya sekarang. Saya bekerja di kantor sekarang,
mungkin memang bukan pilihan hati. Namun suatu saat nanti saya akan bisa
mewujudkan impian saya, menjadi diri saya sendiri. Bukannya kebetulan, impian
saya hampir sama dengan Kugy (salah satu tokoh utama) yaitu menjadi penulis.
Kugy mungkin dengan penulis dongeng, kalau saya mungkin penulis misteri. Kugy
terbiasa menulis di buku dengan tinta, saya lebih nyaman memencet-mencet
keyboard.
Bukan
cerita cinta biasa dimana A ketemu B, marahan, ketemu C, jadian, ending. Di
novel ini, walaupun saya sudah pernah baca, tapi masih belum bisa menebak
bagaimana ending ceritanya. Karena masing-masing tokoh yang terlibat cerita
cintanya, merelakan. Saat A tahu kalau B dekat dengan C, maka si A merelakannya
walaupun itu sangat menyakiti hatinya. Kekurangan
dari novel ini mungkin ending dari dua tokoh figuran utama tidak terlalu
diperlihatkan. Cuma diceritakan kalau mereka berdua masing-masing merelakan
juga.
Ehem, kalau boleh sih pengen punya
cewek/istri kayak Kugy. Lucu, aneh, dan bisa mengerti pasangannya. Jadi berpikir memang ada ya, orang
(cewek) secantik Kugy, tapi aneh? Kalau ada, bener-bener pengin ketemu. *blush*
Dan saya akan terus menulis sampai
akhirnya bisa berputar menjadi diri saya sendiri.
Jadi berpikir memang ada ya, orang (cewek) secantik Kugy, tapi aneh? Kalau ada, bener-bener pengin ketemu. *blush* <<<< eaaaaaaaaa......
ReplyDeletediantara buku dee yang dibaca sampe lecek kalo aku filosofi kopi sama akar, keseringan dibaca sampe elek =))